DARUL ARQAM MADYA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH GORONTALO 2012
Eiiitz….abis baca judulnya, teman-teman jangan paranoid dulu ya. Darul
Arqom yang dimaksud di sini bukan kelompok Darul Arqom yang di-cap sesat oleh
MUI Pusat di tahun 1994 lho.
Darul Arqom yang satu ini beda….Pengin tau lebih jauh…??
Jawab dulu pertanyaan dari saya ya…Pernah ikut pesantren kilat di sekolah ?
Atau mungkin pernah ikut pelatihan keislaman lainnya ? Bila jawabannya pernah,
pertanyaan berikutnya :
“Dapatkah kegiatan yang biasanya hanya satu atau dua
hari itu kita andalkan sebagai bekal pendidikan sepanjang usia kita
?’ Tentu saja kita akan sepakat mengatakan tidak karena sejatinya
pendidikan yang baik itu adalah pendidikan bertingkat dan berkelanjutan
sepanjang usia kita. Sebagaimana Rasulullah juga telah memberikan contoh
tentang bagaimana memberikan pendidikan kepada para sahabatnya melalui proses
kaderisasi yang bertingkat dan berkelanjutan di sepanjang usia.
Namun demikian, bukan berarti proses pelatihan/pendidikan instant seperti pesantren
kilat itu mubadzir. Kegiatan semacam ini tetap saja diperlukan untuk memicu
atau membangkitkan semangat dalam meningkatkan pengetahuan keagamaan kita.
Selebihnya, yang dibutuhkan adalah pendidikan melalui kegiatan kaderisasi
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah.
Tahukah kawan ? selain melakukan dakwah secara umum, Rasulullah juga menjalankan
proses kaderisasi intensif kepada sejumlah sahabatnya. Dalam sejarah disebutkan,
Rasulullah SAW menggelar pertemuan rutin di Darul Arqam.
Nama Darul Arqam diambil dari salah satu nama sahabat Rasulullah SAW yang bernama Arqam
bin Abil Arqam. Pada masa awal dakwah Islam, rumah Arqam inilah yang
dipergunakan oleh Nabi SAW sebagai pusat kegiatan pendidikan sahabat di bidang
tauhid dan keagamaan. Tempat ini juga dipakai untuk mengikat para kader
dengan pimpinan mereka yakni diri Rasulullah SAW sendiri. Selain itu,
Rasulullah ingin menumbuhkan rasa percayadiri para kadernya, agar tekad
melanjutkan perjalanan dakwah makin kuat. Dalam pertemuan itu, setiap sahabat
yang datang ke Darul Arqam menceritakan apa yang ia alami. Mereka juga bicara
tentang perbincangan yang ia lakukan, serta sanggahan yang ia sampaikan kepada
kaum kafir. Nabi SAW, lalu memberi pengarahan yang sesuai, memuji sikapnya,
atau meluruskan kesalahannya.
Secara teknis, Rasulullah SAW melakukan pola-pola pendekatan yang
intensif kepada para sahabat dalam rangka mencetak kader-kader dawah yang
handal. Diantara pola pendekatan kaderisasi Rasulullah itu adalah:
Pertama, Rasulullah menumbuhkan suasana perkenalan antara para sahabat agar hubungan
hati antar mereka kian terikat serta tumbuh rasa cinta. Rasulullah mengenal
baik nama, keturunan, status sosial dan karakter para sahabatnya. Rasulullah
juga kerap menanyakan bagaimana keadaan para sahabat untuk lebih mengenal
mereka secara lebih jauh. Itu sebabnya, ketika ditanya tentang amal apa yang
paling utama, Rasulullah memberi jawaban yang sesuai dengan penanya-nya. Untuk
membina hubungan cinta di antara para sahabat, Rasulullah saw bersabda,“Demi
Dzat Yang diriku ada dalam kekuasaan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai
kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan maka kalian akan
saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
Di atas kecintaan itu, selanjutnya tumbuh keikhlasan berkorban, membela kepentingan
bersama. Mereka tulus menolong saudaranya, lantaran merasa satu tubuh yang tak
terpisahkan. Mereka mengamalkan sabda Rasulullah, “Tidaklah beriman kalian,
sampai kalian mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, Rasulullah menerapkan pola tafaqqud wa ri’ayah, selalu mencari informasi tentang
para sahabat dan memperhatikan mereka. Di IMM hal itu dikenal sebagai Follow-up
kader. Rasulullah selalu menanyakan keadaan para sahabat, terlebih bila terasa
ada sesuatu yang tidak biasa dari sahabatnya itu. Ia pernah bertanya tentang
Abu Hurairah yang tidak tampak dalam majlis. Di saat lain ia merasa kehilangan
atas meninggalnya seorang wanita tukang sapu masjidnya. Sikap tafaqqud Rasulullah
seperti itu banyak disebutkan dalam hadits. Bukan hanya bertanya tentang
keadaan, Rasulullah juga biasa memberi bantuan apa saja yang ia miliki untuk
menutupi keperluan para sahabat yang membutuhkan. Dalam salah satu sabdanya,
Rasulullah saw mengatakan, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang
lainnya. Ia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menyerahkannya pada musuh.
Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya yang muslim, maka Allah akan
memenuhi kebutuhannya. Dan siapa saja yang meringankan beban seorang muslim
niscaya Allah akan meringankan bebannya pada hari kiamat. Siapa saja yang
menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagai manusia, para sahabat juga tidak terlepas dari kesalahan manusiawi.
Bila itu terjadi, Rasulullah meluruskannya dengan berbagai metode. Ada kalanya
melalui sindiran. Ketika ada sejumlah sahabat yang ingin melakukan ibadah
secara berlebihan Rasulullah bersabda, “Apa keinginan orang yang mengatakan
begini dan begitu? Sesungguhnya aku shalat dan tidur, aku puasa dan berbuka,
aku pun menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tak senang dengan sunahku
berarti ia bukan golonganku.”
Kadang, Rasulullah meluruskan sahabat melalui celaan. Seperti dikisahkan
AbuDzar, “Aku telah memaki seseorang sambil menyebutkan nama ibunya. Sampai membuatnya
malu. Kemudian Rasulullah SAW berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau
telah mempermalukan seseorang dengan menyebutkan nama ibunya? Sesungguhnya pada
dirimu masih melekat sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari)
Rasulullah bersikap tegas lantaran Abu Dzar melakukan sikap yang sangat
tercela. Sikap itu dapat memunculkan penyakit hati seperti dengki, takabbur,
merasa diripaling benar bahkan bisa melahirkan permusuhan. Cara lain untuk
meluruskan kesalahan para sahabat, Rasulullah melakukan isolasi sementara.
Seperti yang dilakukan kepada Ka’ab bin Malik yang tidak ikut
perang Tabuk. Ia diisolasi selama lima puluh malam.” (HR. Bukhari).
Kisah Ka’ab mencerminkan bahwa orang yang bersalah akan merasakan kesalahannya
secaralangsung ketika kehilangan lingkungannya, sehingga prilakunya lurus
kembali. Begitulah para kader da’wah mendapat pendidikan Rasulullah saw. Rasulullah
sebagai pendidik memiliki gambaran yang utuh tentang objek da’wah yang dihadapinya.
Mereka adalah kumpulan berbagai karakter manusia yang harus mendapatkan
sentuhan yang berbeda dan tepat.
Proses tersebut tak
mungkin dilakukan kecuali lewat pendidikan yang intensif, terus menerus, dan
dilakukan dengan penuh kecermatan dan kasih sayang. Merekalah kader-kader utama
yang dikemudian hari sukses memikul beratnya beban da’wah Islam di muka bumi.
Mereka pula yang telah berhasil melakukan konfrontasi terbesar melawan
musuh-musuh Islam.
Betapa besar kecintaan
Rasulullah saw kepada mereka. Terbukti ketika terjadi perselisihan antara
Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin Auf, Rasulullah mengatakan pada Khalid,
“Wahai Khalid, jangan engkau usik para sahabatku. Demi Allah, seandainya kamu
memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian kamu infaqkan di jalan Allah, hal
itu belum bisa menyamai salah seorang dari mereka.”Abdurrahman bin Auf adalah
salah seorang kader inti pertama yang menjadi fondasi bangunan Islam.
Kita juga tidak dapat
melupakan tokoh-tokoh wanita seperti Khadijah ra, salah seorang wanita sempurna
di dunia, Asma binti Umais, Ummul Fadhal binti al-Harits dan lainnya yang telah
menjadi teladan wanita terbaik dalam sejarah.
Nah, dari uraian di
atas sekarang kita jadi tahu kan kalau sejatinya Islam tidak mengenal
pendidikan instant sebab proses yang instant hanya akan melahirkan manusia
instant. Manusia instan ini adalah individu intelektual yang tidak pernah
menghayati proses tapi mengebu-ngebu dalam hasil. Kalau dimanifestasikan,
manusia seperti ini inginnya menuntut ilmu dengan cara sesingkat-singkatnya,
dan apabila telah menyelesaikan studinya, inginnya cepat “kembali modal”. Kalau
kita amati bersama di zaman sekarang, hampir semua orang maunya serba cepat.
Jadinya, cenderung mengabaikan proses, tapi ingin segera mendapat hasil. Begitupun
dalam dunia pendidikan. Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran
etika akademik yang dilakukan dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan
tinggi, jelas menunjukkan kegagalan system pendidikan instant ini.
Konstruksi pendidikan
kader Rasulullah inilah, kemudian oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah secara umum
dan IMM Gorontalo khususnya telah melakukan banyak proses kaderisasi yang
dibangun sejak masa kelahiran organisasi hingga kini.
Hingga pada akhirnya,
IMM Gorontalo siap melaksanakan pendidikan kader menengah, yang dikenal dengan
Latihan Kepemimpinan Darul Arqam Madya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Bagi IMMawan dan
IMMawati yang ingin melanjutkan proses kaderisasi ke tingkatan ini. Bisa
menghubungi langsung panitia pelaksana di nomor : 0853 9932 4588 (Sumitro) untuk
mendapatkan formulir dan syarat-syarat DAM. Atau Langsung unggah melalui situs
perantara dengan menklik link di bawah ini.
Catatan :
- Jenjang pendidikan kader DAM dikhususkan bagi Mahasiswa yang telah melewati atau sudah mendapat syahadah (pengakuan) sebagai kader ditingkatan Dasar.
- Bukan untuk umum..
Posting Komentar